Source: http://germo-ndeso.blogspot.com/2012/02/cara-membuat-tanggal-posting-blog.html#ixzz3UL5VutBD WISATA SERBA-SERBI LEMBAHKLUATLC: BERITA FENOMENA ‘GUNUNG SEKS’ TERKUAK DI NOVEL RITUAL

Friday, 13 March 2015

BERITA FENOMENA ‘GUNUNG SEKS’ TERKUAK DI NOVEL RITUAL

SOOPERBOY - Jauh sebelum seorang jurnalis asal Australia bernama Patrick Abboud berhasil melakukan investigasi terhadap ritual praktik mesum yang terjadi di Gunung Kemukus, Jawa Tengah. Ternyata seorang penulis novel Indonesia, F. Rahardi terlebih dulu mengangkat kisah dan fenomena seputar gunung yang dijuluki ‘gunung seks’ ini.
Penulis novel yang juga seorang wartawan penyair ini tertarik untuk membahas dan menelusuri jejak ritual yang telah terjadi secara turun temurun di Gunung Kemukus ini. Seperti yang telah SOOPERBOY ceritakan sebelumnya, terdapat sebuah fenomena yang cukup menggemparkan terjadi di salah satu daerah di Indonesia yang dikenal masih menganut adat ketimuran ini.
Di kawasan yang terletak di Sragen, Jawa Tengah, terdapat ratusan bahkan ribuan orang mencari keberuntungan dengan cara aneh, yaitu berhubungan seks dengan orang yang bukan pasangannya. Suasana di kawasan ini setiap Kamis Pahing malam Jumat Pon lebih mirip pasar malam. Kawasan yang pada hari-hari biasa umumnya temaram tiba-tiba menjadi benderang. Ada banyak warung jajanan, penjual pernik-pernik, penjual rokok dan kacang rebus hingga orang yang menyewakan bilik atau tikar untuk kepentingan dalam berhubungan intim. 
Tradisi pesta seks ini berawal dari sebuah legenda Jawa kuno pada zaman Majapahit. Seorang pemuda tampan bernama Pangeran Samodro, putra Raja Brawijaya, penguasa Majapahit terlibat cinta terlarang dengan ibu tirinya yang juga selir Brawijaya, Nyai Ontrowulan. Meski sudah agak tua, Nyai Ontrowulan masih terlihat sangat cantik dan menawan. Setelah diusir oleh sang Raja karena mengetahui hubungan keduanya, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke Demak Bintoro untuk menikah.
Namun, sesampai di tempat tujuan ada banyak duda kaya dan prajurit Demak yang jatuh hati kepada Nyai Ontrowulan dan berupaya menggagalkan pernikahan keduanya. Pangeran Samodro dan ibu tiri lantas memutuskan untuk lari ke Gunung Kemukus. Di sana keduanya tak bisa lagi menahan hasrat seksual mereka. Di bawah pohon nagasari, mereka melakukan hubungan seks layaknya suami-istri. Namun, saat ingin melakukan, Pangeran Samodro dan Nyai Ontrowulan kepergok pasukan Demak Bintoro yang berhasil menyusul.
Keduanya dibunuh saat sedang berhubungan seks. Keduanya lantas dikubur dalam satu lubang. Konon, dari lubang tersebut muncul sebuah sumber air jernih yang kini disebut sebagai Sendang Ontrowulan. Air sendang ini dipercaya memiliki khasiat dan keberuntungan. Dalam legenda juga dikisahkan munculnya asap dan suara dari atas makam Samodro dan Ontrowulan berbunyi.
”Wahai manusia, barang siapa mau datang ke tempat ini dan bisa menyelesaikan hubungan seks layaknya suami-istri, kami yang belum selesai ini tujuh kali, maka segala permintaan kalian akan dikabulkan oleh Dewa Bathara yang Maha Agung.” 
Rupanya legenda di Gunung Kemukus yang menjadi teka teki ini membuat F. Rahardi penasaran hingga membuat sebuah novel yang berjudul ‘Ritual Gunung Kemukus’.
Novel ‘Ritual Gunung Kemukus’  sarat akan nuansa berbau seks. Tapi tidak vulgar. Ditulis dengan gaya dialog, dikupas habis dengan sudut pandang wartawan bergaya penyair menambah kesan mistis dan sunyi. 
Cara bertutur dalam novel ini betul-betul tertata dengan gaya bahasa yang juga mengalir. Pengetahuan sang novelis yang lengkap mengenai sejumlah permasalahan sosial ikut membungkus buku ini dengan berbagai informasi.
Novel ini mampu menghadirkan sisi unik dari ritual orang Jawa mencari srono untuk kaya, dengan ziarah di makam Pangeran Samodra dan Nyai Ontrowulan di Gunung Kemukus. Ritual diakhiri dengan berhubungan seks di tempat terbuka dengan pasangan yang didapat di tempat tersebut. Dan itu harus dilakukan selama 7 kali setiap malam Jumat Pon.
Novel ini mengambil Gunung Kemukus sebagai setting cerita. Ada banyak tokoh dalam cerita ini, antara lain Meilan, seorang wartawan majalah Fidela Jakarta keturunan China yang mendapat penugasan untuk meliput Gunung Kemukus. Sarmin, pedagang bakso yang kalah wibawa dengan istrinya yang bermimpi kehidupannya bisa kembali seperti zaman sebelum ia nikah dan jualan baksonya kembali laris manis. Serta beberapa tokoh lainnya.
Berikut sepenggal cerita yang terdapat dalam novel ‘Ritual Gunung Kemukus’ :
Setelah berhasil mewawancarai banyak pihak untuk tulisannya, mulai dari peziarah, museum Radya Pustaka, ahli antropologi di UNS, hingga Romo Drajat, tokoh spiritual kejawen yang banyak tahu tentang Gunung Kemukus. Namun, dia merasa belum memperoleh liputan seimbang, sebab belum bertemu peziarah yang gagal. Akhirnya, ia bertemu dengan sarmin, seorang peziarah gagal.
Dari mulut Sarmin, mengalir muncul tokoh-tokoh lain: Wati, istrinya yang selalu mengomel karena capek hidup miskin dan meminta Sarmin untuk pergi ke Gunung Kemukus. Sarmin kemudian ketemu Bu Yuyun, pasangan ritualnya, pedagang beras dari Ponorogo. Bu Yuyun adalah wanita cantik, berkulit putih, kaya, dan Sarmin tak pernah menyangka bakal mendapat pasangan seperti itu. 
Pada Meilan, Sarmin bercerita menunggu kedatangan Ibu Yuyun yang tak kunjung datang padahal itu adalah kunjungannya yang ketujuh, uangnya pun telah ludes karena harus bolak-balik. Alhasil, Sarmin telah gagal menjalani ritual tersebut dan harus mengulangnya dari awal lagi dengan pasangan yang berbeda.
Ritual di atas Gunung Kemukus, seakan menggenapi kebingungan atas praktik keagamaan yang diyakini. Di atas makam Pangeran Samodra dan Nyai Ontrowulan, orang sibuk membawa sesaji kembang tujuh rupa, tapi tetap berdoa, berdzikir, bahkan sholat, dan ditutup dengan berhubungan seksual dengan pasangan lawan jenis yang baru dikenal. Entah siapa yang memulai menebarkan legenda itu, nyatanya, kini ritual Gunung Kemukus telah menjadi bisnis seks dan terdengar hingga ke manca negara.

1 comment:

Anonymous said...

kurang asem